Entri Populer

Rabu, 28 Maret 2012

askep bedah


ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF AFF PLATE FRAKTUR CRURIS
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
 RSU KEBUMEN

Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  Peminatan Bedah
Program Studi Sarjana  Keperawatan
                                                                                

   



Disusun oleh:
Nama                        : Evy Prihana
NIM              : A10800436  

       
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011




Lembar Pengesahan Laporan

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF AFF PLATE FRAKTUR CRURIS
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
 RSU KEBUMEN

Telah disetujui pada :
Hari                 :
Tanggal           :





         Pembimbing Akademik                                          Pembimbing Lahan


        (Dadi Santoso,S.Kep,NS)                                   (Khabib Nawawi, S.Kep )







BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Tibia fibula atau yang disebut dengan cruris dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Cruris merupakan tulang terbawah dalam tubuh dan cruris pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur cruris. Perdarahan interns yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. (Doengoes, 1999)
            Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, plate atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini  adalah terjadi reposisi sempurna, tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang, Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung kembali. (Adam, 1992)
           




B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada Ny.M dengan kasus aff plate fraktur cruris.

C.    Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur cruris sangat luas, sehingga penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Aff Plate Fraktur Cruris pada Ny.M di Instalasi Bedah Sentral RSU Kebumen

D.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada kasus aff plate fraktur cruris .
2.      Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus aff plat pada frakrur cruris
b.    Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus aff plat pada fraktur cruris
c.    Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus aff plat fraktur cruris

E.     Manfaat penulisan
1.      Bagi individu
Dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.
2.      Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan peri operatif fraktur cruris, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi optimal .
3.         Bagi institusi STIKES
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulng tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Sedangkan crusris dextra adalah tungkai bawah kanan yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula. Lalu 1/3 distal adalah letak suatu patahan yang terjadi pada bagian 1/3 bawah tungkai. Jadi pengertian fraktur cruris dextra 1/3 distal adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula yang terletas di 1/3 bagian bawah sebelah kanan. (Price, 1994)

B.     Anatomi dan Fisiologi
1)      Sistem Tulang
Tulang adalah struktur dinamis yang terus menerus diperbarui. Kapasitas tanggungan beban suatu tulang dapat mencapai 10 sampai 20 kali lipat berat badan. Hali ini dimungkinkan oleh sifat elastis tulang yang memungkinkan tulang sedikit melengkung pada saat diberikan beban.
    Tungkai bawah manusia terdiri dari dua tulang, yaitu tulang tibia (tulang kering) dan tulang fibula (tulang betis). Tibia adalah tulang berbentuk pipa dengan sebuah batang dan mempunyai dua ujung. Tulang tibia terletak di sebelah medial fibula, dan memiliki tiga bagian yang terdiri epipisis proksimalis, diapisis dan epipisis distalis. Sedangkan tulang fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tibia. Tulang ini berbentuk pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
2)      Sistem Sendi
Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagain dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan.
Pada kasus pasca operasi fraktus cruris dextra 1/3 distal dengan ORIF biasanya akan menimbulkan gangguan terutama pada sendi pergelangan kaki kanan sehingga berdampak pada gerakan sendi tersebut.
Sendi pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian, yaitu sendi tibiofibularis distalis, talocruralis dan subtalaris. Gerakan yang dapat dilakukan sendi pergelangan kanan adalah plantar fleksi, dorsi fleksi, eversi dan inversi. Luas gerak sendi untuk gerakan dorsi fleksi-plantar fleksi S 300 - 00 – 500, sedang luas gerak sendi untuk gerakan eversi-inversi R 400 - 00 – 200 yang diukur dari posisi anatomis.
3)      Sistem Otot
Otot merupakan sistem penggerak tubuh yang bekerja secara aktif. Pada sendi pergelangan kaki otot penggerak utama gerakan dorsi fleksi adalah otot tibialis anterior. Sedangkan gerakan plantar fleksi digerakkan oleh otot gastreknemius dan otot tibialis posterior. Pada gerakan eversi, otot penggerak yang bekerja adalah otot peroneus longus dan otot peroneus brevis. Dengan adanya otot-otot tersebut memungkinkan terjadinya kontraksi sehingga terjadi gerakan pada sendi atau tulang.

C.     Jenis-Jenis Fraktur (Doengoes, 1993)
1)      Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
2)      Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3)      Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4)      Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
5)      Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
6)      Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
7)      Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
8)      Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
9)      Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
10)  Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
D.    Etiologi
Menurut E, Oeswari etiologi dari fraktur antara lain:
1)      Trauma langsung meneybabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu
2)      Gerakan pintir mendadak
3)      Kontraksi otot ekstem
4)      Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

E.      Manisfestasi Klinis
Menurut Black,1993 manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah:
1)      Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
2)      Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3)      Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4)      Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5)      Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

F.     Pemeriksaan Penunjang (Doengoes, 1993)
1)      Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2)      Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3)      Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens   ginjal


G.    Penatalaksanaan (Doengoes, 1993)
1)      Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
2)      Imobilisasi fraktur. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3)      Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a.       Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
b.      Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
c.       Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
d.      Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

F.     Komplikasi (Doengoes, 1993)
1)      Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak  seharusnya.
2)      Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3)      Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

G.    Pengkajian
1)      Pengkajian primer
a.    Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
b.    Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c.    Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2)      Pengkajian sekunder
a.    Aktivitas/istirahat
1.      kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
2.      Keterbatasan mobilitas
b.      Sirkulasi
1.      Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2.      Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3.      Tachikardi
4.      Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5.      Cailary refil melambat
6.      Pucat pada bagian yang terkena
7.      Masa hematoma pada sisi cedera
c.       Neurosensori
1.      Kesemutan
2.      Deformitas, krepitasi, pemendekan
3.      kelemahan
d.   Kenyamanan
1.      nyeri tiba-tiba saat cidera
2.      spasme/ kram otot
e.     Keamanan
1.      laserasi kulit
2.      perdarahan
3.      perubahan warna
4.      pembengkakan local













BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Biodata
Nama                    : Ny. M
Umur                    : 75 tahun
Alamat                 : Klirong
Ruang                   : teratai
Dx medis              : osteomielitis
B.     Pengkajian tgl 7 November 2011
1.      Keluhan utama:
Luka post op keluar darah.
2.      Riwayat kesehatan sekarang :
Terdapat luka post operasi di kaki kanan,bengkak, keluar darah sejak sore hari, sedikit terasa nyeri P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul mulai tadi sore sampai diimobilisasi
3.      Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengalami kecelakaan 2 tahun lalu dan terdapat fraktur cruris tertutup dekstra, dilakukan pemasangan plat, dan salah satu plat dilepas 6 bulan yang lalu, operasi dilakukan di RS Margono Purwokerto.
4.      Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5.      Pemeriksaan fisik di IBS RSU Kebumen
KU              : Cukup
Kesadaran   : CM
Tanda-tanda Vital:
TD  : 130/90 mmHg
S     : 370 C
N     : 74 x/mnt
                 R    : 24 x/mnt




6.      Pemeriksaan Head to toe
a)      Kepala                : bentuk mesochepal
b)      Rambut              : rambut agak kotor dan beruban
c)      Mata                         : konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
d)     Telinga               : tidak ada discharge
e)      Hidung               : Hidung tidak ada discharge, tak terpasang alat bantu nafas
f)       Gigi dan mulut   : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
g)      Leher                  : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tak ada jejas
h)      Dada                              :    
§  dinding dada simetris
§  Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
o   Paru        :
§  suara paru vesikuler,  wheezing
§  sonor diseluruh lapang paru
o   Jantung   : - cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
i)        Abdomen : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 14x/mnt
j)        Punggung: tidak ada luka dekubitus atau yang lain
k)      Genitalia  : jenis kelamin wanita,terpasang DC 14, sulit BAK sejan tadi sore
l)        Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan  mampu digerakkan, CRT 2 detik, akral hangat, jari jari lengkap
m)    Anggota gerak bawah: kaki kanan terdapat luka post operasi yang ditutu kasa karena keluar darah, tampak bengkak
n)      Turgor kulit : baik
7.      Data Penunjang
a)      Hasil pemeriksaan radiologi      
                     Rontgen terdapat plat terpasang di tulang cruris dekstra
                     Terdapat tanda tanda osteomielitis       







a.       Hasil Laboratorium Tgl 7 November2011
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
normal
WBC
Lymph #
Mid #
Gran #
Lymph %
Mid %
Gran %
HGB
RBC
NCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT
Gol darah
BT
CT
26,3
1,6
2,6
22,1
6,3
9,8
83,9
12,1
3,89
34,8
89,7
31,1
34,7
13,7
45,6
336
7,0
15,1
0,235
A
2,15
3
103 /uL
103 /uL
103 /uL
103 /uL
%
%
%
Gr/dl
106 /uL
%
fL
pg
gr/dl
%
fL
103 /uL
fL

%

menit
menit
3,6-11,0
0,6-4,1
0,1-1,8
2,0-7,8
25-40
0,1-18,0
50-70
11,7-17,3
3,8-5,9
35-52
80-100
26-34
32-36
11,5-14,5
35-56
150-450

A.    Pre operasi
1)      Analisa Data
Tanggal/ jam
Data Fokus
Pathway
Etiologi
Masalah
7 Desember 2011 jam 15.00 wib
DS :
Pasien  mengatakan kaki kanan nya sakit dan perdarahan di bagian luka, P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul mulai tadi sore sampai diimobilisasi
DO:
adanya luka di kaki kanan tertutup kasa dan  bengkak, px. rogten fraktur cruris 1/3 distal dextra, RR: 24 x/mnt , TD: 130/90 mmhg, S: 37 C ,N: 74 x/mnt
cedera jaringan kulit dan tulang
 

diskontinuitas tulang

proses inflamasi

menekan ujung syaraf bebas

nosiseptor

Nyeri akut
Diskontinuitas tulang
Nyeri Akut

2)      Penatalaksanaan/ Intervensi Keperawatan
No
Dx kep
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulang
NOC:
-    Tingkat kenyamanan
-    Perilaku mengendalikan nyeri
-    Tingkat nyeri;jumlah nyeri yg dilaporkan atau ditunjukan
-    TTV dalam batas normal
Tujuan/Kriteria evaluasi:
-      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien mampu mempertahankn tingkat nyeri pada skala 3

a.       Kaji PQRST nyeri pasien
b.      Kaji respon pasien terhadap nyeri

c.       Kaji TTV dan KU pasien

d.      Jelaskan tentang prosedur yang dapat menurunkan dan meningkatkan nyeri
e.       Ajarka teknik distraksi relaksasi




f.       Berikan terapi sesuai program
Untuk memantau nyeri pasien
Menegtahui cara yang efektif untuk mengatasi
Mengetahui perkembangan kondisi pasien
Memberi alternatif meringankan nyeri


Teknik distraksi relaksasi dapat memberikan rasa nyaman dan mengalihkan nyeri pasien
Analgetik dapat mengurangi nyeri

3)      Implementasi Keperawatan
No dx
Tanggal/ jam
Tindakan
Evaluasi
1
7-12-2011
15.00 wib







15.05 wib

15.10 wib

a.       Mengkaji PQRST nyeri pasien dan respon pasien terhadap nyeri



b.      Mengkaji respon pasien terhadap nyeri
c.       Memantau TTV

d.      Mengajarkan teknik nafas dalam untuk memberikan rasa nyaman

e.       Menjelaskan pada pasien tentang prosedur tindakan

Pasien mengatakan P: Nyeri, bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, S: 5 , T: hilang timbul mulai tadi sore sampai diimobilisasi
Pasien menganggap nyeri nya wajar dan pasien bersabar terhadap rasa nyeri yang dialami
TD: 120/90mmHg, N:82x/m, RR: 20x/m, S: 36,70 C
Pasien kooperatif



Pasien kooperatif

4)      Evaluasi Keperawatan
No dx
Tanggal/ jam
Evaluasi
1
7-12-2011 pukul 15.15 wib
S:
Pasien mengatakan nyeri berkurang Skala nyeri 3
O:
Pasien tampak tenang, TD: 120/90 mmHg, N: 82x/m, RR: 20x/m
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi

B.     Intra Operasi
1)      Analisa Data dan dx Keperawatan
No dx
Tanggal/jam
Data fokus
Etiologi
Problem
2
7-12-2011
DS:
DO:
Adanya luka insisi sepanjang 10 cm

Proses pembedahan
Risiko perdarahan

2)      Intervensi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
7-12-2011
15.45 wib
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan masalah risiko perdarahan tidak terjadi dengan kriteria hasil:
a.       Tidak terjadi perdarahan
b.      TTV dalam batas normal

1.      Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
2.      Ingatkan operator dan asisten bila terjadi perdarahan hebat
3.      Monitor vital sign

4.       Monitor cairan
Mengetahui jumlah perdarahan



Mencegah perdarahan yang lebih banyak

Mengatahui kondisi
Mengatahui balance cairan






3)      Implementasi keperawatan
Tanggal/ jam
Implementasi
Evaluasi
7-12-2011
15.15 wib








15.30 wib
1.      Monitor perdarahan pada daerah pembedahan selama operasi
2.      Manajemen terjadinya perdarahan





3.      Monitor vital sign
Perdarahan ± 150 cc


Operator dan assisten melakukan suction pada area perdarahan dan melakukan koagulan dengan cutter.


Nadi : 88x/menit
 RR   : 20x/menit
 TD: 110/90mmHg

4)      Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Evaluasi
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
7 -12-2011
Pukul 16.15 wib
S: -
O:
TD: 120/90 mmHg, N: 88x/m, S: 36,70 C, RR: 20x/m
Prosedur steril dilakukan dengan baik, luka baik
A: masalah teratasi
P: berikan informasi tentang perawatan luka post op

b)      Persiapan pasien
Posisi pasien    :supinasi
TD                   : TD: 120/90 mmHg,
N                     : 82x/m,
RR                   : 20x/m
Pemasangan    : bed side monitor
Waktu             : tanggal 7 Desember 2011 pukul 15.15 wib
Pemeriksaan Fisik
1)        Kepala
mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2)         Mata
sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor
3)        Hidung
tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4)        Mulut
mukosa bibir lembab,  lidah bersih, tidak ada stomatitis
5)        Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena jugularis
6)        Thorax
I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P: tidak ada nyeri tekan
P: paru sonor
A: paru vesikuler
7)        Abdomen
I: tak ada  jejas, ada benjolan di area inguinal
A: peristaltik : 8x/m
P: tak teraba pembesaran organ
P: timpani
8)        Genetalia
terpasang DC ukuran 16, urin output 50cc
9)        Ekstremitas
-          atas: terpasang IVFD RL 30tpm, akral hangat, CRT 2detik, tidak ada jejas
bawah: tak ada jejas, CRT 2detik, akral hangat,
Operator          : dr. Eko, sp BO
Asisten            : Barkah
Instrumen        : Ida
1.      Persiapan alat
Set Tulang
Jml
Set Hernia
Jml
Knabel tang
Cobra
Hammer 
Drei besar
Doble slip
Raspatorium
O hak lubang
Pengait
Hak bengkok
Kikir bulat


2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
Ovarium klem
Stik mesh besar
Gunting benang
Gunting BMC Germany
Gunting bengkok kecil CW
Pinset anatomis
Pinset sirlugis
Duk klem
Nalfuder
Klem bengkok kecil
Klem bengkok Germany
Klem lurus Germany
Klem lurus SHM
Kocher bengkok
Kom
Bengkok
Selang
Set tambahan:
Hak
Kanul suction
Cutter

1
1
1
2
1
1
1
5
2
2
2
5
2
2
1
1
1

1
1
1
Total
13
Total
27
Set Linen
Jml
Bahan habis pakai
Jml

Perlak
Duk besar
Duk lubang
Duk kaki
Duk segitiga

1
1
1
2
1
1
Handscoon
Kasaa
Bisturi no 22
Benang Propylene no 1
Benang Safil no 2/0
Alkohol
Betadine
Savlon
NaCl

4psg
100
1
1
1
100cc
200cc
100cc
250cc
Total
7



2.      Penatalakasanaan/instrumen
No
Tindakan
Peralatan
1
Desinfeksi
Kom 1, betadin 200cc, alcohol, klem panjang1, savlon 50 cc, kassa 10 lbr
2
Drapping
Duk besar, duk lubang, duk klem 3
3
Menandai daerah sayatan
Bisturi no 22, klem arteri  kassa 4 lbr
4
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot
Bistiri no 22, kassa, klem arteri 2,
Pinset cirugis1, gunting 1
5
Mempertahankan hemostatis
Kassa 2lbr, klem cutter, suction
6
Membersihkan area fraktur
Kuret 1
7
Melepeas plate
screw driver 1
8
Mencuci daerah operasi
NaCL 250cc
9
Menghiting alat dan kassa
Awal: 20 akhir: 20
9
Hecting otot
Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
10
Hecting sub cutis
Propilene no 1, nalfuder, klem arteri 2
11
Hecting kulit
Safil no 2/0, nalfuder, klem arteri 2
12
Desinfeksi
 Kassa steril, betadin
13
Balut luka
Kassa steril 5lbr, kassa betadin dan hipafix





3.      Post Operasi
A.    Analisa data
No
Waktu
Data
Masalah
Etiologi
1.
7 November 2011 pukul 16.15wib
Subjektif:  -
Objektif:
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan, kaki belum dapat digerakan, kaki kanan terdapat luka post operasi pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar. Pasien dalam masa post general anestesi
Resiko tinggi cedera
Proses pemindahan brankar

B.     Rencana Post Operasi
No
Diagnosa
Tujuan
Intevensi
Rasional
1.
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi.
Dengan riteria hasil:
1.  Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.

2.  Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.
§  Perhatikan posisi pasien

§  Dekatkan bed di samping pasien
§  Lindungi organ vital pasien
§  Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
§  Angakat pasien secara bersamaan
§  Berikan  penyangga di tempat tidur pasien.
§  Keamanaan pasien tetap terjaga
§  Menjaga keamanan
§  Mencegah cedera
§  Mempermudah pengangkatan


§  Mempermudah pengangkatan

§  Memberikan rasa nyaman pada pasien



C.    Implementasi keperawatan
No
Tanggal/ waktu
Implementasi
Evaluasi
1
7-11-2011 pukul 16.15 wib
§  Memperhatikan posisi pasien

§  Mendekatkan bed di samping pasien
§  Melindungi organ vital pasien
§  Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
§  Mengakat pasien secara bersamaan
§  Memberikan  penyangga di tempat tidur pasien.
Pasien dalam posisi supine dan keadaan tenang


Pasien tenang



Proses pengangkatan berjalan lancar


D.    Evaluasi Keperawatan
Dx kep
Tanggal/ jam
Evaluasi
Risiko cedera berhubungan dengan proses pemindahan pasien
7-12-2011
S          :
O         :
- pasien sadar penuh
- gerakan terkontrol
- tanda-tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi                          88x/menit, RR 20x/menit, S:36,70 C
A         : masalah teratasi.
P          : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.

























BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada pasien bernama Ny. M dengan riwayat kecelakaan lalu lintas dengan trauma pada kaki bawah kanan, dan pernah dilakukan operasi 2 tahun lalu kemudian dilakukan remove salah satu plat sekitar 6 bulan yang lalu, mengeluh kaki kanan agak sakit  dan tidak bisa digerakkan dalam pemeriksaan ada tanda fungsio laesa, deformitas, bengkak dan trauma.Diperoleh diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis dari fraktur cruris adalah nyeri . Dilakukan tindakan remove plate.
Saat akan dilakukan operasi, pembiusan dilakukan dengan General anestesi, keadaan tanda-tanda vital TD 120/90 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, dilakukan tindakan  ORIF cruris. Sayatan dilakukan di area kaki kanan, dapat diambil diagnose risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk diagnose post operasi ditemukan diagnose risiko cedera berhubungan dengan pemindahan pasien, karena efek general anestesi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa general anestesi memiliki efek.

















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Mahasiswa mampu melaksanakan perawatan pre operasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan dikontinuitas jaringan tulang
2.      Mahasiswa mampu membantu proses jalannya operasi dengan diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
3.      Mahasiswa mampu melaksanakan proses keperawatan post operasi dengan diagnosa keprewatan risiko cedera  karena efek anestesi

B.     Saran
1.      Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan.
2.      Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi.
3.      Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan professional di ruang IBS.















DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah,. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC

E, Oeswari. 1999. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Joyce, m black. 1993. Patofisisologi. Jakarta: EGC

Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta: EGC

Smeltzer Suzanne, C.1997.Buku Ajar Medikal Bedah. Jilid2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Tucker,Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta: EGC

















LAMPIRAN 1
PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH

A.    Perawatan Pre Operasi:
1)       Persiapan Pre Operasi:
a.       Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di operasi sudah dibersihkan (di cukur dan personal hygiene)
b.      Kateterisasi
c.       Persiapan saluran pencernaan dengan puasa mulai tengah malam sebelum operasi esok paginya (pada spinal anestesi dianjurkan untuk makan terlebih dahulu)
d.      Informed Consent
e.       Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di meja operasi, seperti anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan dan lamanya operasi (lampiran 2)
2)      Perawatan Pre Operasi:
a.       Menerima Pasien:
b.      Memeriksa kembali persiapan pasien:
1.      Identitas pasien
2.      Surat persetujuan operasi
3.      Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.
4.      Mengganti baju pasien
5.      Menilai KU dan TTV
c.       Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum memberikan obat dan memberikan obat pre medikasi.
d.      Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan
e.       Memindahkan pasien ke meja operasi
C.     Perawatan Intra Operasi
1)      Melaksanakan orientasi:
a.       Memberi dukungan mental
b.      Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar meja operasi
c.       Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten, perawat instrument.
2)      Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter, alat monitoring,EKG)
3)      Membantu pelaksanaan pembiusan
4)      Mengatur posisi pasien
5)      Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan
6)      Memasang selang section
7)      Memasang drapping
8)      Membantu pelaksanaan tindakan
9)      Memeriksa kelengkapan instrument
10)  Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan label, menyiapkan tempat, menyiapkan formulir pemeriksaan.
11)  Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi NaCl 0,9% kemudian diplester

D.    Perawatan Post Operasi:
1)      Setelah luka operasi ditutup kemudian memindahkan pasien ke ruang pemulihan.
2)      Pengaturan posisi pasien di ruang pemulihan.
3)      Memeriksa pipa-pipa yang terpasang untuk memastikan apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
4)      Memeriksa TTV secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya setiap 15 menit atau paling tidak dalam 1 atau 2 jam.
5)      Memeriksa dan mencatat masukan dan keluaran cairan.
6)      Menganjurkan pasien untuk nafas dalam jika pasien tidak berkemih dalam 12 jam setelah operasi.
7)      Memeriksa balutan opeasi.
8)      Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh obat yang diberikan pada status pasien.












LAMPIRAN 3
ALDRETE SCORE
No.
Kriteria
Nilai
1
WARNA KULIT

 Kemerahan/normal
2
 Pucat
1
 Sianosis
0
2
AKTIFITAS MOTORIK

 Gerak 4 anggota tubuh
2
 Gerak 2 anggota tubuh
1
 Tidak ada gerakan
0
3
PERNAFASAN

 Nafas dalam, batuk dan tangisan kuat
2
 Nafas dangkal dan adekuat
1
 Apnea atau nafas inadekuat
0
4
TEKANAN DARAH

 < 20 mmHg dari pre operasi
2
 20 – 50 mmHg dari pre operasi
1
 > 50 mmHg dari per operasi
0
5
KESADARAN

 Sadar penuh
2
 Respon terhadap rangsangan +, reflek protektif +
1
 Tidak ada respon, reflek protektif -
0
JUMLAH
10
(Nilai Normal Aldret ≥ 9 )
Nilai masuk 10, nilai keluar 9

BROMAGE SCORE
No.
Kriteria
Nilai
1.
Dapat mengangkat tungkai bawah
0
2.
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih dapat menekuk lutut
1
3.
Tidak dapat menekuk lutut tapi dapat mengangkat kaki
2
4.
Tidak dapat mengangkat kaki
3
                        (Nilai Normal Bromage  < 2), Nilai masuk 0, nilai keluar 1

1 komentar: